“Menghindar
dari Zona Nyaman”
Berada dalam zona nyaman rasanya
akan sangat dinikmati oleh setiap orang. Menghilang dari kesibukan yang padat,
melupakan aktifitas yang membuat isi dalam kepala berputar-putar dan
menancapkan rasa keasikan dan kesenangan yang
hanya bersifat fana. Yah, lingkup zona kenyamanan akan membuat
segelintir dari setiap orang melupakan apa yang harus dikerjakan dan melupakan
waktu yang terbuang sia-sia. Pernahkah anda merasa berada dalam lingkup zona
nyaman ini ? Pernahkah anda sudah merasa puas dengan segala apa yang anda telah
miliki ? ataukah anda berada dalam kondisi fase dengan ketidaknyaman sekarang ?
Tentu anda sendiri lah yang akan mengetahui jawaban dari pertanyaan itu.
Sebenarnya berada dalam fase zona
nyaman tidaklah salah. Karena perjalanan hidup setiap orang berbeda-beda. Garis
tangan pun berbeda yang telah ditentukan oleh takdir Yang Maha Kuasa. Zona
nyaman atau dikenal dengan sebutan Comfort
Zone adalah suatu kondisi dimana seseorang akan merasa semuanya menjadi
lengkap dan tidak ada lagi tambahan yang harus di ubah sehingga menjadikan
seseorang nyaman dalam kondisinya. Namun, yang menjadi persoalan ketika zona
nyaman ini dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Membuat kita tidak
sadar akan kelebihan kita miliki, membuat kita tidak sadar akan pentingnya
berjiwa sosial dan membuat kita sadar akan berkerja keras dan berusaha.
Setiap orang akan mempunyai potensi
kelebihan yang dimilikinya. Setiap orang ingin menjadi terbaik dari yang baik. Sebelum
kita lahir saja, kita sudah menjadi terbaik. Berawal dari sperma terbaik yang mampu
bersaing dan mengalahkan jutaan sperma lainnya. Ini berarti bahwa kita merupakan
orang-orang pilihan dengan potensi yang luar biasa kita punya dan harusnya kita
sadar akan semuanya sehingga kita tidak akan menjalani kehidupan yang
biasa-biasa saja.
Jangan sampai kita hanya menjadi
kutu, yang begitu masuk ke zona nyaman maka ia hanya menjadi beban bagi yang
lain, bahkan menjadi beban bagi dirinya sendiri. Bagaimana jika setelah dilepas
ke alam bebas, apakah ia bisa mencari makan sendiri ? Tentu saja tidak, karena
ia akan melupakan caranya dan ia kehilangan semua kemampuan
besarnya. Ia keluar hanya menjadi kutu yang kehilangan jati dirinya. Bukankah
kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri ? Apakah pemimpin itu hanya
berleha-leha ? Tentu saja tidak. Jikalau sukses itu harus didapat melalui kerja
keras dan berusaha. Tetaplah bersyukur akan anugrah Tuhan yang telah
diberikan-Nya, Janganlah berhenti mengembangkan potensi dimiliki dan tidak
mudah putus asa serta akan takut dengan kegagalan. Semua hanyalah butuh proses
tinggal bagaimana kita menjalani dan menyikapinya.
“Tidak ada istirahat di dunia ini, istirahat hanya ketika kaki kita menginjakkan surga.”
Keren, harusnya lebih "menyentuh"
BalasHapus