Kamis, 25 September 2014

Revolusi Mental

AKANKAH REVOLUSI MENTAL EFEKTIF BAGI RAKYAT  ?

            Setelah Presiden-Wakil Presiden yang terpilih Jokowi-JK mengumumkan sekilas tentang postur kabinetnya. Ada 34 Jumlah menteri yang akan membangun pemerintahan kedepannya. Dari 34 Menteri terebut, 16 kursi akan diperuntukkan bagi kalangan professional selebihnya akan diduduki kalangan yang berlatar belakang partai politik. Pemerintahan Jokowi-JK menjanjikan perubahan dan pembaharuan dari segala aspek mulai dari hulu hingga hilir demi kesejahteraan rakyatnya. Bahkan pemerintahan Jokowi-JK akan menerapkan Revolusi Mental di Negara Indonesia.
Revolusi Mental sempat menimbulkan pro dan kontra. Bagi yang kontra, Revolusi Mental ala Jokowi ini dari adopsi dari pemikiran Karl Marx yang melahirkan paham komunisme. Sementara bagi yang pro mengatakan, Revolusi Mental sama dengan apa yang pernah dilakukan Mahatma Gandhi dalam rangka Memanusiakan manusia dan mengedepankan harkat dan martabat manusia. Sederhana saja, Revolusi Mental dapat diartikan sebagai perubahan yang berlangsung dengan cepat, drastis dan bersifat progress yang pada akhirnya melahirkan perubahan sosial dan kultur. Revolusi Mental identik dengan pola pemikiran, pembangunan karakter dan pengembangan kualitas SDM. Revolusi Mental yang konon akan dilakukan oleh Jokowi adalah revolusi bersifat abstrak dan akan menyentuh pada rasa emosional dan jiwa.
Era Reformasi yang awalnya diyakini mampu membuat perubahan tidaklah terbukti sama sekali. Terakhir kemarin, Hak kebebasan berdemokrasi “yang haram hukumnya” di order baru kembali terdzolimi oleh keputusan-keputusan dari Anggota DPR periode 2009-2014 yang membuat Pemilihan Kepada Daerah (PILKADA) akan dipilih secara langsung melalui DPRD. Hal yang sangat lucu bagi Negeri ini hak kebebasan rakyat dirampas oleh wakil rakyatya sendiri. Mengelitikkan bukan, ketika anggota dewan periode terakhir ini dipilih oleh rakyat secara langsung, lantas di akhir periode mereka malah ingin Pilkada melalui DPR. Apakah kalian lupa wahai “wakil rakyat” sebelum anda duduk di parlemen ? Apakah anda melupakan jasa-jasa rakyat yang telah memilih anda ? Politisi-politisi dari kaderiasi Partai Politik hanya sekumpulan tikus yang rakus akan kekuasaan dan kehartaan. Dimana Sisi Kedaulatan Rakyat yang adil dan makmur ? Tak Pantaslah sekarang wakil rakyat sebagai Pejuang Demokrasi.
Sebagai warga Negara kita harus perihatin akan pemerintah saat ini yang tidak berdaulat sama sekali. Mari kita berharap-harap cemas, apa yang akan dilakukan pemerintahan Jokowi-JK dengan Revolusi Mental, darimana dan bagaimana memulainya, bagaimana program dan prosesnya. Mampukah Revolusi Mental ini mengubah perilaku seorang birokrat dari koruptor menjadi pelayanan masyarakat, Mampukah Revolusi Mental ini mengubah aparat penegak hokum dari pemeras menjadi pengayom masyarakat dan Mampukah Revolusi Mental mengubah perilaku politisi-politisi yang pandai bersilat lidah dari penggerogot anggaran menjadi penyelamat anggaran. ???????

“Seorang hakim pernah mengatakan : Berikan saya seorang polisi yang baik, berikan saya seorang jaksa yang baik dan berikan saya pengacara yang baik, maka saya akan menghasilkan keputusan baik”.

Zona Nyaman (Comfort Zone)



“Menghindar dari  Zona Nyaman”

            Berada dalam zona nyaman rasanya akan sangat dinikmati oleh setiap orang. Menghilang dari kesibukan yang padat, melupakan aktifitas yang membuat isi dalam kepala berputar-putar dan menancapkan rasa keasikan dan kesenangan yang  hanya bersifat fana. Yah, lingkup zona kenyamanan akan membuat segelintir dari setiap orang melupakan apa yang harus dikerjakan dan melupakan waktu yang terbuang sia-sia. Pernahkah anda merasa berada dalam lingkup zona nyaman ini ? Pernahkah anda sudah merasa puas dengan segala apa yang anda telah miliki ? ataukah anda berada dalam kondisi fase dengan ketidaknyaman sekarang ? Tentu anda sendiri lah yang akan mengetahui jawaban dari pertanyaan itu.
            Sebenarnya berada dalam fase zona nyaman tidaklah salah. Karena perjalanan hidup setiap orang berbeda-beda. Garis tangan pun berbeda yang telah ditentukan oleh takdir Yang Maha Kuasa. Zona nyaman atau dikenal dengan sebutan Comfort Zone adalah suatu kondisi dimana seseorang akan merasa semuanya menjadi lengkap dan tidak ada lagi tambahan yang harus di ubah sehingga menjadikan seseorang nyaman dalam kondisinya. Namun, yang menjadi persoalan ketika zona nyaman ini dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Membuat kita tidak sadar akan kelebihan kita miliki, membuat kita tidak sadar akan pentingnya berjiwa sosial dan membuat kita sadar akan berkerja keras dan berusaha.
            Setiap orang akan mempunyai potensi kelebihan yang dimilikinya. Setiap orang ingin menjadi terbaik dari yang baik. Sebelum kita lahir saja, kita sudah menjadi terbaik. Berawal dari sperma terbaik yang mampu bersaing dan mengalahkan jutaan sperma lainnya. Ini berarti bahwa kita merupakan orang-orang pilihan dengan potensi yang luar biasa kita punya dan harusnya kita sadar akan semuanya sehingga kita tidak akan menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja.
            Jangan sampai kita hanya menjadi kutu, yang begitu masuk ke zona nyaman maka ia hanya menjadi beban bagi yang lain, bahkan menjadi beban bagi dirinya sendiri. Bagaimana jika setelah dilepas ke alam bebas, apakah ia bisa mencari makan sendiri ? Tentu saja tidak, karena ia akan melupakan caranya dan ia kehilangan semua kemampuan besarnya. Ia keluar hanya menjadi kutu yang kehilangan jati dirinya. Bukankah kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri ? Apakah pemimpin itu hanya berleha-leha ? Tentu saja tidak. Jikalau sukses itu harus didapat melalui kerja keras dan berusaha. Tetaplah bersyukur akan anugrah Tuhan yang telah diberikan-Nya, Janganlah berhenti mengembangkan potensi dimiliki dan tidak mudah putus asa serta akan takut dengan kegagalan. Semua hanyalah butuh proses tinggal bagaimana kita menjalani dan menyikapinya.

“Tidak ada istirahat di dunia ini, istirahat hanya ketika kaki kita menginjakkan surga.”



Selasa, 23 September 2014

Kekalahan Manusia Petani



Kekalahan “Manusia Petani” Indonesia
buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
bersatu padu rebut demokrasi
gegap gempita dalam satu suara
demi tugas suci yang mulia…
hari hari esok adalah milik kita.
terciptanya masyarakat sejahtera
terbentuknya tatanan masyarakat
indonesia baru tanpa orba…..

                                    Lirik Lagu Buruh Tani.

 
      Negara Indonesia dikenal sebagai Negara agraris yaitu Negara yang memiliki kekayaan dari sektor pertanian dengan sumber daya yang memadai dan hasil alam yang melimpah. Indonesia yang subur, elok kememawahan dengan rimpahnya, bersinergi akan sumber daya alam serta manusianya dan keindahan warisan para leluhur dengan julukan sebagai negara agraris  ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri yang mengakibatkan kita harus mengimpor dari negara lain baik dari segi nilai maupun voleme. Julukan akan Negara agrari pun mungkin sudah pudar dengan berbagai persoalan yang ada dan memunculkan pertanyaan ; “Apakah Petani Indonesia Sejahtera ? Apakah Lahan saat ini masih memadai untuk diolah ? Sudahkah petani makan ?.”­
      Teringat pada masa lalu, presiden pertama kita Ir. Soekarno pada tanggal 24 September 1960 menetapkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 mengenai peraturan pokok-pokok agraria yang kemudian lebih dikenal UUPA 1960. penetapan UUPA 1960 ini bertujuan menciptakan pemerataan struktur penguasaan tanah yang diyakini akan mengangkat penghidupan kaum tani di Indonesia. Setiap tahunnya pada tanggal 24 September adalah Hari Tani yang diperingati oleh para petani dengan berbagai cara dan bentuk di mana-mana. Hari yang dianggap istimewa biasanya dilahirkan oleh dua peristiwa besar yakni peristiwa sebuah kemenangan yang indah, membanggakan dan menyenangkan atau sebaliknya peristiwa kekalahan yang pahit memilukan, lantas diperingati, dikenang, dicatat agar tak dilupakan. Sederhananya semangat momentum hari tani ini hendaknya dijadikan sebagai renungan bersama, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah petani.
      Pertanian di Indonesia sedang berada di persimpangan jalan. Sebagai penunjang kehidupan berjuta-juta masyarakat Indonesia, sektor pertanian memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Sektor ini harus menjadi salah satu komponen utama dan program serta strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Pada tingkat petani masalah petani juga semakin banyak. Masalah tersebut diantaranya: rendahnya pengetahuan/wawasan, rendahnya tingkat keterampilan, kurangnya motivasi, tidak memiliki kemampuan pengelolaan usaha tani, kurangnya dukungan atas modal dan sarana produksi usahatani, kurangnya dukungan kebijakan pemerintah, jarang mendapatkan bimbingan dan conseling berupa penyuluhan dan tidak adanya wahana/tempat petani untuk belajar untuk meningkatkan kemapuan yang dibutuhkannya.

Pada lima puluh empat tahun memperingati Hari Tani Nasional ini kaum tani Indonesia belum menemukan kesejahteraan dan begitu jelas, problem aktual yang dihadapi kaum tani Indonesia saat ini yang makin menyengsarakan kaum tani bersumber dari usaha kolonial baru bernama neoliberalisme. Usaha penjajahan baru neoliberalisme ini memperlihatkan bagaimana perusahaan besar baik yang bergerak di bidang, perkebunan, tambang dan lain-lain semakin leluasa menjarah tanah-tanah petani sementara Negara tampak tak berpihak kepada petani ketika terjadi konflik antara perusahaan besar dengan petani.
Lima puluh empat tahun Hari Tani Nasional yang tampak tak semakin menemukan jalan kesejahteraan bagi kaum tani tapi justru memasuki dunia pertanian yang semakin kalah, membuat kita bertanya di mana letak pembelaan Negara terhadap usaha kemajuan kaum tani yang nota bene adalah rakyatnya yang mayoritas miskin dan menderita ? Di sini, Negara dituntut untuk semakin memberikan perhatian berlebih pada kaum tani dalam usaha meningkatkan kesejahteraannya. Kaum tani Indonesia tentu tidak tinggal diam dan terus didesak kalah oleh kepentingan-kepentingan neoliberal. Karena itu berbagai wadah persatuan kaum tani perlu didirikan dan aktif dalam persatuan perjuangan melawan penjajahan baru

HARI TANI NASIONAL. TERUSLAH BERJUANG DEMI KESEJAHTERAAN